BABAK AWAL PERJALANAN HIMDAS


TIDAK TERASA sudah 1 tahun lebih berlalu Himpunan Mahasiswa Dayak Semarang (HIMDAS) didirikan di Semarang. Ide pembentukan HIMDAS sebenarnya sudah ada sejak tahun 2004 namun karena berbagai alasan, keinginan tsb baru bisa dilaksanakan pada tahun 2008, tepatnya 21 Agustus 2008 yang disponsori oleh beberapaorang mahasiswa dayak seperti MARTE, FERI HD, DEHON & ALEX. Tepat 21 AGUSTUS 2009 kemarin HIMDAS berusia 1 Tahun.
Tidak banyak program kerja yang bisa dilaksanakan selama 1 tahun belakangan ini karena selain persolan dana, sampai saat ini himdas juga belum mempunya sekretariat tetap. Pernah ada tawaran dari salah seorang anggota IBC (Indonesia Borneo Community) untuk memusatkan kegiatan HIMDAS di IBC sebuah organisasi yang didirikan oleh mahasiswa asal Kalimantan yang sudah lebih dahulu kuliah di Semarang. Himdas perneh menenpati sekretariat sementara di Jl. Karangrejoi Tengah IX No 30 Semarang. Namun karena masa kontrak rumah tsb sudah habis & sewa kontrak yang terlalu mahal (Rp 15.000.000/tahun) Himdas memutuskan untuk mengakhiri kontrak tsb & sekarang sedang berusaha mencari tempat baru sebagai pusat kegiatan HIMDAS.
KAMI berharap PEMDA baik PEMPROV maupun PEMKAB dapat menjadi salah satu solusi yang nantinya dapat membantu kami untuk membayar sewa kontrak rumah yang akan dijadikan sekreteriat himdas. Bagi kami para pengurus HIMDAS bantuan dari pemerntah sangat diperlukan karena kegiatan yang dilakukan oleh HIMDAS pada prinsipnya adalah juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam hal ini mempersiapkan SDM yang peka terhadap permasalahan daerah. Rencana kami dalam beberapa hari kedepan, HIMDAS akan mengirimkan proposal permohonan bantuan kepada PEMPROV & PEMKAB di KALIMANTAN dengan harapan pada tahun ini (2009) HIMDAS bisa mempunyai sekreteriat tetap paling tidak untuk beberapa tahun kedepan, sehingga segala kegiatan dapat dipusatkan di sekretariat & Mahasiswa Dayak dari berbagai daerah bisa berkumpul di sekretariat tsb.
Perlu kami jelaskan bahwa HIMDAS selama ini cukup sering melakukan diskusi baik dengan sesama anggota himdas sendiri maupun dengan beberapa organisasi kemahasiswaan, kepemudaan & yayasan-yayasan yang konsen dengan masalah Kebudayaan seperti YAYASAN TRI TUNGGAL SEMARANG dls. Selain itu HIMDAS juga aktif dalam berbagai diolog seperti dialog dengan salah satu anggota DPRD dari praksi PDI-P dan dialog antar mahasiswa Kalimantan & dialog di kampus kampus baik di Semarang sendiri maupun di kota-kota lain di Jawa khususnya.

KECENDRUNGAN TERHADAP "budaya/kebudayaan lokal

Apakah anda pernah melihat Gambar gedung DPRD Kaltim? Menurut saya gedung tersebut sangat menarik baik dari aspek arsitektur maupun dari aspek budaya karena mencerminkan langsung budaya lokal yang ada di daerah bersangkutan yaitu Budaya Dayak. Pertanyaan saya bagaimana dengan Kalbar, Kalteng dan Kalsel? Karena jika saya melihat/memperhatikan seolah budaya lokal di tiga daerah tersebut tidak pernah “diperhatikan”? Dan kalau benar demikian, mengapa? Apakah karena kita sendiri yang tidak pernah peduli dengan kebudayaan kita (Dayak), atau karena kita tidak “berdaya”? Lalu mengapa kita tidak berusaha membangun dan memperkenalkan budaya kita? Apakah karena takut dibilang “primitive” atau karena sebab lain? Saya rasa sudah saatnya kita semua bertanya pada diri kita dan melihat fakta yang ada, karena jika tidak maka bukan tidak mungkin budaya lokal tidak akan pernah diperhatikan, karena kenyataan ada didepan mata kita bahwa kita (orang Dayak) memang “tidak diperhatikan”, baik dari aspek pendidikan, sosbud, politik, ekonomi dan kesejahtraan maupun dari berbagai aspek kehidupan lainnya. Lingkungan disekitar kita diobrak-abrik dan dihancurkan begitu saja, tanpa pernah mereka sadari bahwa disitu ada kita (orang Dayak), tanpa pernah mereka berpikir kalau kita juga manusia yang harus diperhatikan sama seperti yang lainnya, namun sudahkah kita “diperhatikan”? Saya katakan sesunguhnya kita “tidak pernah diperhatikan” karena ada begitu banyak anak-anak Dayak yang tidak dapat melanjutkan sekolah bahkan menginjak dan merasakan pendidikan di sekolah dasar apalagi untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah atau mungkin perguruan tinggi dan begitu banyak Mahasiswa/i Dayak yang ingin melajutkan pendidikan, tetapi harus gagal ditengah jalan karena keterbatasan biaya disamping faktor lainnya. Mungkin kita harus melihat dan menghitung kembali seberapa banyak sekolah (SD, SLTP, SMA) yang berdiri tegak di Kampung kita, kita perlu menghitung dan melihat kembali bagaimana kita harus berjuang untuk sekolah, dan berjuang merasakan bangku sekolah, kita harus melihat kembali berapa banyak tenaga pengajar/pendidik orang kita dan kita juga perlu melihat kembali bagaimana kita diperlakukan ditanah kelahiran kita sendiri. Sudahkah kita diberi kesempatan yang sama atau mungkin sudahkah kita dapat merasakan bangku sekolah dengan nyaman dan berkualitas, tidak melewati jalanan yang berlumpur dan berlobang, tidak melewati jalanan yang tidak beraspal dan berdebu? Jawabnya adalah Tidak, Masih banyak “penderitaan” yang kita rasakan yang seharusnya tidak lagi kita rasakan diera serba modern ini, tetapi apa, kenyataannya kita tidak pernah diberikan kesempatan untuk itu, karena kita sengaja dibiarkan merasakan semua penderitaan itu. Bagi para pembaca atau yang kebetulan membaca tulisan ini, anda boleh melihat sendiri faktanya, berjalanlah ke perkampungan dan desa-desa atau kecamatan di kampung-kampung orang Dayak, lihatlah dan saksikanlah maka anda akan dapat melihat di sana tidak ada Sekolah Dasar, Puskesmas, Sarana-Prasarana Transportasi yang memadai, Jalanan beraspal, Pelayanan Publik, Penerangan dan banyak lagi lainnya. Lihatlah karena dengan demikian anda akan tahu betapa tidak ada “perhatian” buat orang Dayak.

Tarian Adat Dayak pada UANG Rp 2.000


By : Marte (pemerhati Adat & Budaya Dayak

Beberapa waktu yang lalu uang pecahan Rp 2.000 terbaru baru saja dikeluarkan oleh BI. Ada hal menarik yang mencuri perhatian saya dari Uang Rp 2.000 yang baru tsb salah satunya karena dalam uang tsb terdapat gambar tarian adat dayak. Sebagai seorang pemerhati seni & budaya saya sangat senang melihat gambar tarian adat dayak yang ada dalam uang Rp 2.000 tsb, karena selain bentuknya yang unik juga merupakan kebahagian tersendiri khususnya bagi masyarakat dayak & bangsa Indonesia. Dengan adanya gambar tarian adat dayak dalam uang itu setidaknya masyarakat dayak bisa berbangga hati, karena masyarakat Indonesia bisa lebih mengetahui satu dari sekian banyak kebudayaan dari suku dayak di Indonesia yang selama ini kurang mendapat perhatian oleh berbagai pihak.

Saya sangat berharap dengan adanya gambar tarian adat dayak yang ada dalam uang Rp 2.000 pihak asing tidak lagi bisa seenaknya mengklaim kebudayaan dari bangsa Indonesia & tidak menjadikan kebudayaan bangsa Indonesia sebagai media promosi atau sarana yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil keuntungan untuk kepentingan mereka semata. Saya juga mengharapkan agar pemerintah Indonesia bisa lebih memperhatikan kebudayaan-kebudayan dari berbagai daerah di Indonesia & bisa mendaftarkannya kepada lembaga yang berwenang sehingga dapat meminimalisir adanya pengklaiman oleh bangsa lain terhadap kebudayaan bangsa Indonesia seperti yang terjadi baru baru ini.

Selian itu saya juga mengharapkan agar bangsa Indonesia bisa ”membuka mata” & mencintai kebudayaan yang ada sebagai kekayaan dari ke anekaragaman bangsa Indonesia baik dari aspek kebudayaan, adat-istiadat, pariwisata dan lainnya sekaligus ikut membantu permerintah ambil bagian mempromosikan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia supaya masyarakat indonesia maupun dunia bisa mengenal kebudayaan bangsa Indonesia & lebih menghargai kekayaan bangsa Indonesia.

Bekulinang

Oleh : Marterinus, SH (Pemerhati Kebudayaan & Hukum Adat Dayak Beriam)

Kuliang adalah alat musik tradisional yang berasal dari suku dayak beriam. Alat musik kulinang umumnya terbuat dari logam/kuningan. Selain dari logam/kuningan, alat musik kulinang juga bisa di buat dari bilah kayu yang di bentuk sedemikian rupa sehingga bunyinya bisa menyerupai alat musik kulinang yang terbuat dari logam/kuningan. Alat musik kulinang biasanya di mainkan oleh satu orang dengan cara di pukul.

Umumnya, alat musik kulinang dimainkan pada upacara/ritual-ritual adat dan kawinan/pernikahan. Bunyi yang dihasilkan alat musik ini jenisnya bermacam-macam, biasanya ditentukan berdasarkan upacara yang sedang dilaksanakan pada saat itu. Orang yang bisa memainkan alat musik ini disebut pekulinang, sedangkan istilah bekulinang digunakan untuk sebutan orang yang diminta untuk memainkan alat musik kulinang.

Alat musik kulinang yang terbuat dari logam/kuningan biasanya disebut dengan kulinang, sedangkan alat musik kulinang yang terbuat dari bilah kayu disebut dengan gambang. Jenis kayu yang digunakan untuk memukul alat musik kulinang biasanya terbuat dari kayu yang berkontur lembut seperti kayu kampul, bisa kayu madang, pulai, jelutung dan beberapa jenis kayu lainnya yang tergolong dalam jenis/species kayu kampul (kampul; bahasa dayak beriam).


Nb : boleh di copy paste, tapi tdk boleh diperdagangkan atau diperjual belikan demi meraup keuntungan (bisnis) tanpa se-izin dari penulis, terima kasih. Untuk konfirmasi, silahkan kirimkan e-mail ke: strongman_mart@yahoo.com

MENGENAL ADAT BERAYAH SUKU DAYAK BERIAM

Marterinus, SH
Ritual berayah/bebalian merupakan sebuah ritual yang dilakukan oleh suku dayak beriam untuk mengobati orang sakit. Tujuan dariritual berayah sendiri adalah untuk menyembuhkan orang yang sakit dari berbagai gangguan penyakiit, baik penyakit yg disebabkan oleh alam/kekuatan magis maupun sakit yang ditimbulkan akibat pengaruh lain, misalnya guna-guna/santet yang sengaja dikirimkan oleh orang lain yang bermaksud menyakiti korbannya.
Menurut kepercayaan dayak beriam, belian dalam hal ini dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit karena menurut kepercayaan mereka belian/dukun dianggap memiliki kemampuan untuk menemukan sumber penyakit yang menyebabkan orang tersebut sakit serta dapat membawa pulang semangat orang yang sakit tersebut. Menurut kepercayaan mereka (dayak beriam) belian dapat melakukan perjalanan sampai kedunia orang mati yang biasa disebut subayan (surga).
Untuk bisa melakukan perjalanan ke subayan tersebut, bisanya seorang belian cukup ditemani bunyi-bunyian yang seperti suara gandang (gendang), ketabung (gendang kecil) dan tetawak yang memiliki cirri khas bunyi tersendiri. Seorang belian dapat dianggap pendani (pandai) jika belian tersebut memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh para leluhur yang sudah meninggal bahkan dengan roh halus. Belian yang demikian biasanya meskipun tidak sedang menjalankan ritual berayah/bebelian, ia dapat melihat roh-roh halus dan roh para leluhur.
Semakin seorang belian dianggap pendani maka semakin sering juga belian tersebut dipanggil untuk mengobati warga yang sakit bahkan sampai kebeberapa kampung atau kabupaten di daerahnya. Selain bahan-bahan ritual yg telah disebutkan di atas, untuk bisa mengadakan ritual berayah, keluarga korban yang sakit juga biasanya menyiapkan tampung tawar, tuak, beras ketan dan beras biasa, besi/parang dan lainnya. Sedangkan untuk mengundang belian sendiri biasanya mereka mengirimkan cupak baras (semacam tempat penyimpanan barang yang terbuat dari anyaman isi bambu/kinjil) yang berisi beras dan uang.

Beras/uang tersebut merupakan salah satu prasyarat undangan terhadap belian yang ingin didatangkan oleh keluarga korban/yang mengalami sakit. Setelah ritual berayah/bebelian selesai biasanya keluarga korban juga memberikan sejumlah uang atau beras kepada belian yang bersangkutan sebagai ucapan terima kasih juga ada juga yang digunakan sebagai pekaras (syarat scr adat) agar pengobatan yang dilakukan oleh belian tersebut berhasil membuahkan kesembuhan terhadap korban yang sakit (mengasik; manjur).

Rumah adat suku Dayak Beriam

BY : MARTE

Jika di lihat secara pintas, rumah adat tersebut tidak jauh berbeda dengan rumah penduduk pada umumnya, karena tidak terlihat ornamen atau tanda yang menunjukkan rumah tersebut adalah rumah adat seperti rumah adat suku Dayak di tempat lain, seperti gambar perisai atau motif Dayak yang melekat pada tembok rumah atau pintunya.
Berdasarkan informasi dari warga, rumah adat tersebut akan direnopasi, namun kendalanya sampai saat ini mereka belum mendapatkan dana/donatur yang bersedia membantu mereka untuk merenopasi rumah adat tersebut. Mereka juga telah mencoba mengajukan permohonan bantuan kepada perusahaan akan tetapi belum juga mendapat tanggapan dari pihak perusahaan. Sebenarnya, menurut salah seorang warga beriam, rencana dilakukannya renopasi rumah adat tersebut sudah lama, bahkan pernah dibahas dalam pertemuan/rapat anatar warga kampung. Beberapa orang warga bahkan sudah pernah menanyakan kapan akan dilakukan pemungutan iyuran, namun panitianya sendiri belum terbentuk karena berbagai pertimbangan dan alasan.
Dalam waktu dekat ini, rencananya mereka ingin fokus membuat lapangan sepak bola dulu dan pembicaraannya sudah sampai tahap kesepakatan masalah harga tanah dengan salah seorang warga yang punya tanah tersebut. Jika harga tanah itu sesuai dengan anggaran yang dimiliki panitia, mereka akan membelinya dan di aasnya akan mereka bangun lapangan sepak bola.
Rencana jangka panjang, mereka juga ingin membuat kolam ikan air tawar dan rencana itu sudah mereka sampaikan melalui perwakilan ke DPRD Kab. Ketapang. Saat ini, mereka sedang dalam proses menunggu cairnya dana tersebut disamping harus membentuk panitia pembentukan desa yang rencananya akan diajukan ahir tahun 2008 ini. Menurut mereka beriam sudah sepantasnya dijadikan desa karena masyarakat Beriam mayoritas menginginkan agar beriam jadi desa, dengan demikian maka besar kemungkinan dapat mempercepat proses pembangunan di kecamatan Manis mata. Oleh karena itu, mereka menghimbau agar ada pihak yang dapat membantu mereka mewujudkan rencana itu. Karena kampung beriam dapat dikatakan sebagai daerah produtif bahkan kalau ada pihak yang bersedia membantu mereka, Beriam memiliki sumber air terjun yang dapat digunakan untuk pembangkit listerik tenaga air, termasuk salah satu gua batu yang dapat dijadikan tempat rekreasi, khususnya gua Maria yang rencananya akan di bangun oleh salah seorang Pastor dari Kec. Marau, Ketapang-Kalbar.

KALAH 4 : 1

Menerima kekalahan dengan lapang dada mungkin itulah cara bersyukur tim futsal Mandau Fc hari ini setelah di kalahkan tim futsal Wisel Fc. Bagi kami (Mandau Fc) kekalahan bukan segalanya, karena masih ada hari esok (jum’at) untuk bangkit dari kekalahan walaupun kami tidak berhadapan langsung dengan tim futsal yang mengalahkan kami. Kalah/menang dalam permainan itu merupakan hal bisa karena tidak mungkin keduanya menang, pasti akan ada yang kalah atau imbang. Bagi kami kekalahan hari ini cukup memberikan pelajaran berarti dan harus kami akui bahwa tim yang kami hadapi hari ini jauh lebih baik dari tim yang kami kalahkan sebelumnya 4-1, yang lahir dari tendangan Reza (2 gol), Viktor (1 gol), dan Chandra (1 gol). Ada hal menarik yang dapat kami ambil dari kekalahan kami yaitu masalah “kekompakan tim”. Hari ini kekompakan itu seoalah tidak muncul, masing-masing individu hanya main sendiri, selain itu kami juga teledor dalam mempersiapkan pemain pengganti, sehingga saat pergantian pemain, kami kecolongan 1 (satu) gol yang sebelumnya sudah kebobolan 1 (satu) gol.

Permainan kami baru mulai membaik setelah kami kebobolan 2 (dua) gol. Adanya perbaikan dalam permainan itu ditunjukkan dengan terciptanya 1 (satu) gol balasan dari tendangan straiker Mandau Fc Marte. Kami sangat bersyukur pada babak pertama selisih skor sempat tipis 2-1 dari tim lawan, namun sayang skor yang tercipta tidak dapat dipertahankan atau ditambah oleh pemain pengganti setelah terjadi 2 pergantian pemain yaitu Marte (straiker) dan Budi (back) sebelumnya yang kemudian digantikan oleh Viktor dan Bayu. Hal lain yang membuat permainan kami menjadi lemah adalah faktor stamina dan semangat, teman-teman tidak dapat bermain lepas dan cendrung agak lambat sementara tim lawan bermain sangat cepat dan hati-hati, sehingga kiper kami harus bersusah payak menghalau beberapa tendangan yang pada akhirnya menambah lumbung gol bagi tim lawan menjadi 4-1.

Faktor lainnya yang menyebabkan kami tidak dapat bermain baik karena absennya Chandra dank arena ada kesalahan teknis dilapangan seperti pengaturan pemain pertama dan adanya pemain yang tidak mematuhi official kami Ferdinan Julian. Seharusnya pemain yang diturunkan pada babak pertama Marte, Alex, Budi, Ino dan Leo (kiper), malah Ino diganti dengan Reza, sehingga tim tidak dapat bermain atraktif karena antara Marte (straiker) dan Reza (tengah) belum dapat memahami permainan masing-masing. Saya (Marte) terbiasa bermain mengikuti tempo permainan lawan dan agak cepat sementara Reza agak lambat dan kurang dapat mengkomunikasi permainan sehingga berkali-kali saya meminta bola tidak diberikan dengan benar, kalaupun ada umpan lebih memudahkan tim lawan menguasai bolanya.


Himpunan Mahasiswa Dayak Semarang (HIMDAS)
Oleh : Marterinus, SH

Puji Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua

Teman-teman mahasiswa dayak/angota himdas dimanapun, kami ucapkan selamat datang dan selamat bergabung bersama himdas, karena himdas ada dari dan untuk kita semua. Himdas dapat berdiri karena adanya dukungan dan partisipasi kita semua yang mengharapakan “perubahan”, untuk itu marilah kita bersama-sama membangun himdas menjadi sebuah organisasi besar yang dapat berperan serta secara langsung dalam pembangunan daerah di Kalimantan khususnya dan pembangunan Bangsa Indonesia umumnya.

Visi-misi himdas adalah menampung dan menyalurkan aspirasi teman-teman mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap:

  1. Kehadiran mahasiswa-mahasiswi dayak yang ada di kota semarang dan di kota-kota lain yang berada di luar pulau Kalimantan

  2. Kegitan keorganisasian yang dapat mempersatuakan mahasiswa-mahasiswi dayak dimanapun

  3. Daerah asal (Kalimantan) dan pembangunan bangsa dan Negara

Dengan pertimbangan di atas, marilah kita bersama-sama membangun himdas menjadi sebuah organisasi yang siap di andalkan karena awal sebuah “perubahan” telah kita nyatakan untuk membentuk sebuah organisasi kemahasiswaan yang kita beri nama HIMDAS atau Himpunan Mahasiswa Dayak Semarang. Perlu kita sadari bersama bahwa awal pembentukan himdas sampai saat ini merupakan proses panjang dalam perjalanan himdas dan merupakan tantangan tersendiri bagi kita semua dalam memperjunagkan aspirasi kita semua, sehingga aspirasi kita bisa di dengar dan kita semua bisa dilibatkan dalam berbagai kegiatan atau pengambilan keputusan. Marilah kita menggalang persatuan dan kesatuan diantara anggota himdas dan persaudaraan terhadap semua orang yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan Kalimantan khususnya karena suksesan pembangunan sebuah bangsa dan Negara tidak terlepas dari pembangunan daerah dan masyarakat. Sebagai informasi, sebelumnya bernama himdas, organisasi kemahasiswaan dayak di semarang bernama HIMDAY atau Himpunan Mahasiswa Dayak, baru kemudian berubah nama menjadi HIMDAS setelah diputuskan dalam rapat AD/ART di kota semarang.

Semoga kehadiran himdas dapat memberi solusi terhadap keprihatinan kita semua selama ini, karena selama ini kita kurang mendapatkan tampat/perhatian dari pemerintah daerah khususnya. Kita kurang dilibatkan dalam pengambilan kebijakan daerah, sehingga berdampak pada kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam bidang pendidikan khususnya dan perhatian pemda terhadap kemajuan dan perkembangan mahasiswa-mahasiswi dayak yang semakin tahun semakin bertambah banyak yang melanjutkan pendidikan/kuliah di luar daerah. Untuk itu, marilah kita bersama-sama mendorong pemerintah daerah khususnya dan pemerintah pusat umumnya untuk lebih memperhatikan kita.

Untuk menjawab semua hal diatas, maka himdas menawarkan program kerja sebagai berikut:

  1. Melakukan pendataan terhadap seluruh mahasiswa/i dayak dimanapun.

  2. Mengajak teman-teman mahasiswa/i dayak untuk peka dan lebih peduli terhadap persoalan yang sedang kita hadapi dengan mengadakan dialog/diskusi secara rutin, khususnya dalam mengkritisi kebijakan yang akan atau telah dikeluarkan oleh pemerintah (pusat/daerah).

  3. Mendorong pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pendidikan khususnya dalam memberikan bantuan berupa sarana dan prasaran pendukung kegiatan mahasiswa, seperti asrama mahasiswa atau pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang kurang atau tidak mampu dan mahasiswa yang berprestasi.